Sukses Menjadi Pengusaha Tahu
Tahu, sebuah kata yang tidak asing
ditelinga setiap orang, sebagian besar orang tahu kalau bahan dasar Tahu adalah kedelai, namun hanya sedikit
orang yang tahu cara membuatnya.
Berikut akan saya kupas secara detail proses pembuatan Tahu untuk skala industri rumah tangga/Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berdasarkan pengalaman.
Sebelum membaca artikel ini, alangkah baiknya Anda sediakan secangkir kopi.
Itupun jika Anda penggemar kopi.
Supaya apa?, supaya saat membaca nanti tidak gagal paham.
Karena konten yang akan Anda baca ini akan panjaaaang..
Oke, siap!
Bab. I Pengenalan Tahu
Pada dasarnya proses membuat Tahu adalah memisahkan sari pati kedelai
dari air, sepengetahuan saya ada 2 cara/teknik, yaitu:
1. Teknik menggunakan coko (obat pembuat tahu) biasanya dijual di toko
2. Teknik menggunakan air asaman.
Apa itu "air asaman"?
Air asaman yaitu air dari proses pembuatan Tahu sebelumnya.
Air asaman ini biasanya diambil secukupnya, pada saat Tahu dicetak/dibuat, untuk digunakan pada hari berikutnya.
Sampai di sini apa ada pertanyaan?, kalau tidak ada..
Oke, lanjut..
Kedua proses tersebut sama baiknya
selama Tahu tidak diberi tambahan
pengawet yang dilarang (biasanya formalin).
Proses membuat Tahu dengan coko identik dengan istilah Tahu bungkus, dan umumnya menghasilkan Tahu
putih.
Pun jika ada Tahu dari cara ini yang berwarna kuning karena diberi pewarna
alami dari rendaman kunyit yang diparut/diblender dan disaring, biasanya Tahu berbentuk bulat namun ada juga yang
persegi.
Sedangkan proses membuat Tahu dengan air asaman identik dengan Tahu potong dan umumnya menghasilkan Tahu kulit atau Tahu goreng.
Tahu berwarna kuning hasil dari proses
penggorengan dan biasanya Tahu
berbentuk segitiga.
Dari kedua cara membuat Tahu di atas, masing-masing mempunyai
kelebihannya sendiri.
Tahu dari coko misalnya mempunyai tekstur
yang lebih lembut, sedangkan Tahu
dari air asaman cenderung bertekstur kasar namun mempunyai rasa lebih gurih.
Pada artikel ini akan membahas "Teknik Membuat Tahu Dengan Air Asaman".
Yang sejauh saya berkecimpung di dalamnya,
Tahu dengan proses ini benar-benar Tahu yang higienis, karena tidak melalui
proses kimia ataupun tambahan bahan kimia dan sejenisnya dalam proses
pembuatannya.
Seperti judulnya air asaman ini sangat
penting perannya dalam proses pembuatan Tahu,
dan apakah itu “air asaman”, anda dapat membacanya pada artikel saya lainnya yaitu “Tempe Made In Indonesia”.
Sebelum kita kepokok pembahasan perihal pembuatan Tahu, alangkah baiknya kita mengetahui hal-hal dasarnya terlebih dahulu, seperti:
1. sebaiknya
tempat untuk produksi Tahu agak jauh
dari pemukiman, dikarenakan dalam proses pembuatannya diperlukan mesin Diesel
untuk memutar Heller/(grinding mechine) guna menghancurkan kedelai, yang dalam bahasa
umum disebut menggiling.
Dan yang
namanya diesel, suaranya nggak aduhai bukan?
Pastinya
anda tidak mau bukan dikomplain tetangga gara-gara suara bising dari mesin
diesel?
2. Sebuah
proses produksi sudah pasti akan menghasilkan limbah, dan yang namanya limbah,
dari namanya saja kedengarannya udah nggak enak.
Untuk
itu pastikan tempat produksi mempunyai tanah yang cukup luas sebagai sarana
penetralisasi air limbah tersebut.
Dalam
proses pembuatan Tahu, akan menghasilkan
limbah hanya berupa air.
Karena
ampasnya bernilai ekonomis, alias laku dijual.
Air
disini termasuk air asaman yang sudah tidak diperlukan karena berlebihan.
Plus
dengan air sumur, yang notabene bekas pencucian, perendaman, dan lain-lain.
Yang
pasti jangan membuang limbahnya ke sungai.
Karena
selain merusak lingkungan dan melanggar hukum, usaha anda tidak akan langgeng
sebab didoakan yang buruk oleh banyak orang.
3. Untuk
memulai usaha ini diperlukan modal yang cukup besar yang notabene untuk membeli
alat dan segala perlengkapannya.
Tapi
jangan kawatir karena hal tersebut sebanding dengan keuntungnya.
Namun
hal di atas hanya berlaku jika Tahu
yang anda buat benar-benar enak seperti yang akan kita bahas.
Ditambah
lagi ampas dari limbah tahu jangan dijual ke orang atau dijadikan makanan ternak,
karena dapat kita olah lagi menjadi TLEMBUK *) atau ONCOM *) yang notabene
makanan rakyat untuk lauk ataupun teman minum kopi atau teh selagi masih
panas/hangat yang banyak ditemukan diwarung-warung sederhana.
*)
TLEMBUK dan ONCOM adalah makanan yang berbahan dasar ampas tahu, keduanya
berbeda wujud dan rasa.
Jika
tlembuk berjamur/bercendawan warna putih seperti cendawan pada tempe, sedangkan
oncom bercendawan warna orange.
Keduanya
akan saya bahas dengan detail pada artikel selanjudnya.
Berbicara mengenai oncom, perlu saya tulis disini, karena barangkali menjadikan inspirasi untuk pembaca semua.
Di
tempat tinggal saya dahulu, tepatnya di Kabupaten Lampung Tengah Kecamatan
Terbanggibesar Kelurahan Bandarjaya, dimana dulu saya pernah tinggal dan sekolah,
namun tidak lulus.
Alkisah
hiduplah seorang pedagang oncom yang sukses, orangnya masih muda, memelihara
kumis, dan lebih tampan dia sedikit daripada saya, oleh orang tuanya, dia diberi
nama Mas Yanto.
Kisaran
tahun 2004 bulannya saya lupa, apalagi tanggalnya, beliau berani membeli satu
karung ampas Tahu dengan harga tiga
kali lipat dari harga peternak sapi dan babi disana.
Pada
saat itu ampas Tahu dijual kepada
para peternak seharga Rp. 5.000,- perkarung dengan Kas.
Dan
untuk politik usahanya ini, beliau berani mengontrak para pengrajin Tahu dengan memberikan uang terlebih
dahulu kisaran 5-10 juta per pengrajin, dengan hitungan dipotong Rp. 15.000,-
perkarung sampai uang kontrak tersebut habis.
Bahkan
sering sebelum kontrak habis beliau membuat kontrak baru lagi, atau dengan kata
lain menambah uang lagi pada para pengrajin.
Sebagai
ilustrasi satu karung ampas Tahu
adalah karung bekas wadah/bungkus kacang kedelai netto 50 kg.
Rata-rata
satu rumah produksi Tahu di daerah
sana dulu memproduksi satu setengah kwintal kedelai perhari.
Dalam
satu kwintal kedelai menghasilkan ampas Tahu
tiga setengah karung.
Dan
setahu saya pada saat itu di satu Kecamatan ada tiga rumah produksi pembuatan Tahu, yang salah satunya milik orang tua
saya.
Kesemuanya
itu, dikontrak oleh beliau, sampai beliau dijuluki “Bos Oncom”.. kedengarannya
nggak enak ya?, makanya, jadi Bos Tahu
aja.
Dan
untuk modal serta pendapatan Mas Yanto dalam sehari, berdasarkan ilustrasi di
atas, hitung sendiri ya?..
Mohon
maaf, nilai matematika saya layaknya panen cabai, merah semua.
.. BTW,
kembali ke topik ya..
4. Sebagai
warga negara yang baik dan sopan pastikan usaha pembuatan Tahu anda terdaftar pada Dinas Perizinan Daerah setempat sebagai
industri rumah tangga, atau dengan kata lain anda mengantongi Nomor Induk Berusaha (NIB)
Sekarang dikasih kemudahan oleh Pemerintah.
Daftar izinnya online, DI SINI
Untuk
izin gangguan atau Hinder Ordonantie (HO) nanti saja kalau ada komplain dari
tetangga, atau kalau usaha sudah berjalan dan menghasilkan profit.. upsst..
Bab. II Alat dan Bahan Membuat Tahu
A. Bahan
1. Kacang kedelai
Sebaiknya kedelai yang akan dibuat Tahu adalah kedelai yang masih baru,
bukan kedelai yang disimpan lama atau kedelai stok lama, karena akan
mempengaruhi kuantitas Tahu.
Karena biasanya kedelai stok lama sari
patinya sedikit.
2. Air
asaman
Air asaman inilah cikal bakal
berjalannya usaha pembuatan Tahu yang
sedang saya ulas, bagaimana cara membuatnya, silahkan dibaca sampai tamat ya
Gaes.
Usahakan air asaman yang akan digunakan
masih baru atau dari proses pembuatan Tahu
1 hari sebelumnya (air asaman kemarin).
Air asaman yang masih bisa digunakan
maksimal berumur 1 minggu, jika lebih dari itu buang dan buat yang baru.
Jika pembuatan Tahu berjalan lancar (tidak pernah libur) maka air asaman akan
selalu baru, karena dalam proses pembuatan Tahu
dengan cara yang satu ini, air asaman akan melimpah dalam setiap kali proses
pembuatannya.
3. Minyak
goreng
Sebagai produsen/pengusaha alangkah
baiknya menjaga kepuasan konsumen/pelanggan, dan sebaiknya minyak gorengpun
bukan minyak goreng curah.
Juga jaga kejernihan minyak dengan ilmu
tradisional yaitu dengan cara mengkepal nasi seukuran bola tenis yang digoreng
bersama beberapa bawang merah yang masih utuh (glondongan) pada awal minyak
mendidih/pada awal akan memulai proses penggorengan.
Dan setelah dirasa cukup, angkat
kepalan nasi beserta bawang dari minyak yang siap untuk digunakan.
Baru dan lamanya minyak goreng akan
mempengaruhi wujud dan rasa pada Tahu
(kwalitas Tahu).
4. Garam
Gunakanlah garam yang mengandung iodium
atau biasanya garam dapur/rumah tangga, hindari penggunaan dengan garam
krosok/garam industri.
5. Air
sumur
Dalam proses pembuatan Tahu akan boros menggunakan air, dan
sebaiknya dekat dengan sumber air, juga bukan air yang tercemar limbah.
Usahakan tempat pembuangan limbah jauh
dari sumber air/sumur, karena semakin lama keaslian air akan berubah dengan
dekatnya pembuangan air bekas proses pembuatan Tahu, terutama untuk sumur biasa (kedalaman kurang dari 25 meter).
Alangkah baiknya jika menggunakan air
sumur dalam (kedalaman sumur lebih dari 50 meter).
B. Alat
1. Mesin
diesel
Untuk menggerakan/memutar alat penghancur
kedelai (heler/grinding machine).
Jika penggeraknya menggunakan diesel
cukup dengan yang bertenaga 6 PK.
Atau bisa juga diganti dengan motor
dinamo yang kapasitor dan rpm-nya bisa ditanyakan pada tukang listrik, karena
mohon maaf saya bukan ahlinya.
2. Heler/grinding
machine
Untuk mesin diesel bertenaga 6 PK,
cukup dengan heler berdiameter 7” (Tujuh inch).
Pada proses pembuatan Tahu, heler ini vital peranannya, karena
banyak sedikitnya sari pati kedelai tergantung dari halus kasarnya hasil
gilingan.
Pada Heler terdapat setelan maju-mundur
batu grinding yang biasanya terdapat pada bagian atas Heler, fungsinya untuk
melembut-kasarkan hasil gilingan.
Untuk memaksimalkan kinerja Heler
(hasil gilingan lembut dan durasinya cepat), anda dapat mengakalinya dengan
memperbanyak lobang goresan pada batu bagian dalam (bukan batu bagian
luar/pintu heler) dengan cara menatahnya dengan besi (kalau bisa baja) yang
dibuat menyerupai tatah, dan dengan dipalu (tatah dipukul menggunakan palu).
(pada proses ini hati-hati menatahnya
jangan sampai batu pecah)
3. Tongkang/Dandang
Besar Plus Penutupnya
Fungsi alat satu ini adalah untuk
menampung hasil saringan rebusan gilingan kedelai (bubur kedelai), dan
sekaligus merubahnya dari yang seperti susu kedelai menjadi bakal Tahu (kembang Tahu) yang siap dicetak.
Untuk alat yang satu ini kita bayangkan
menyerupai timba/baldi/ember namun besar dengan diameter satu meter dan tinggi
satu meter, yang terbuat dari seng dengan ketebalan seperti tebalnya drum bekas
oli/minyak ukuran 200 liter.
Untuk membuatnya anda dapat pergi ke
tukang las, dengan menggambar sketsanya dulu pada kertas kemudian
mendiskusikannya pada tukang las.
Untuk alternatif alat ini, dapat dibuat
menggunakan semen, pasir dan batu bata (bahan bangunan).
Dengan dibuat menyerupai bibir sumur
yang timbul, namun mempunyai kelemahan yaitu tidak dapat dipindah-pindahkan,
alias permanen. Tapi mempunyai kelebihan lebih kuat dan lebih ekonomis.
Jika membuatnya menggunakan cara kedua
ini (tongkang permanen), usahakan drum/dandang tempat merebus kedelai hasil
gilingan, jangan jauh dari tongkang/dandang besar.
karena akan menyulitkan/banyak menguras
tenaga/tidak efektif dalam proses penyaringan, yang notabene setiap kali
melakukan proses penyaringan adalah diatas tongkang tersebut (alat penyaring
diletakkan diatas tongkang).
Fungsi penutup tongkang adalah untuk
menjaga kestabilan panas isi didalamnya (kestabilan panas bakal Tahu).
4. Alat
Penyaring
Alat ini biasanya terbuat dari bambu
yang dianyam sedemikian rupa, menyerupai parabola namun pada bagian bawahnya
lancip membentuk sudut 1200, dengan diameter 1,3 meter, diletakkan
tepat di atas tongkang pada saat proses penyaringan.
Setelah proses penyaringan selesai,
alat inipun diangkat/dipindahkan.
Anda dapat mendiskusikan tentang
gambaran alat ini dan memesannya pada pengrajin kandang atau ahli penganyam
bambu.
5. Kain
Penyaring
Kain penyaring ini adalah dari jenis kain
sifon.
Untuk tongkang berdiameter 1 meter dan
alat penyaringnya diameter 1,3 meter, ukuran lebar kain penyaring adalah 1,5
meter dan panjang 2 meter.
Dengan warna kain sembarang, karena
kain sifon ini sifatnya tidak luntur, namun alangkah baiknya pilih kain dengan
warna putih.
6. Drum/Tong
plastik ukuran 200 liter sebanyak 2 (dua) buah
Drum plastik ini digunakan untuk
menampung air asaman dari proses pembuatan Tahu,
untuk digunakan lagi keesokkan harinya.
Pada proses pembutan Tahu dengan cara ini, air asaman akan
melimpah pada setiap kali proses masakannya.
Usahakan pada saat pertama kali
masak bubur kedelai, kemudian diberi air asaman, dan menjadi bakal Tahu (belum dicetak), sebaiknya air
asaman ditampung pada drum satunya yang masih kosong.
Pertama kali diatas maksudnya bukan hanya
pada saat memulai usaha pembuatan Tahu,
melainkan pertama kali memulai setiap harinya.
Atau dengan kata lain pada saat masakan
yang pertama setiap harinya.
Apabila pada masakan pertama, drum
belum penuh, tambahkan pada masakan sesudahnya (masakan kedua).
7. Drum
seng ukuran 200 liter
Fungsinya untuk wadah merebus bubur
kedelai (kedelai giling).
Sebagai gambaran, untuk ukuran satu
kali masakan yaitu, jika alat yang digunakan untuk merebus bubur kedelai
(kedelai giling) adalah drum bekas minyak/oli ukuran 200 liter, maka
maksimalnya 12,5 kg kedelai mentah.
Kurang dari ukuran diatas akan menghasilkan
Tahu yang lebih baik, karena semakin
encer bubur kedelai, akan menghasilkan warna Tahu semakin cerah, setelah Tahu digoreng.
8. Cetakan
Tahu
Alat ini terbuat dari papan kayu yang
dibuat persegi ataupun persegi panjang dengan panjang, lebar, dan tebal
tergantung dengan ukuran Tahu yang
akan dibuat.
Fungsinya adalah untuk membentuk rupa/wujud
dari Tahu.
PENTING saya buka rahasianya Tahu supaya keras tanpa direbus lagi
setelah dipotong-potong, terlebih keras karena diberi bahan kimia.
Adalah
dengan membuat alat yang ortu saya beri nama “Singlon” yang notabene terbuat
dari kayu reng yang ukuran panjang dan lebarnya sama persis dengan cetakan
Tahu, dan dengan ketebalan 1,5 centimeter.
Singlon ini diletakkan persis diatas
papan cetakan sebelum diberi kain cetakan.
Gambaran untuk alat ini adalah seperti
bingkai.
9. Kain
Cetakan
Sama seperti kain penyaring, sebaiknya
kain cetakan dipilih dari jenis kain sifon dan berwarna putih.
Kain cetakan ini fungsinya untuk
menahan dan membentuk Tahu didalam
cetakan.
Usahakan dilebihkan 25 centimeter pada
keliling cetakan, hal ini dimaksudkan untuk menutup sempurna Tahu yang sedang dalam proses
pencetakan.
10. Pembalik
Cetakan.
Fungsi alat ini adalah untuk membalik Tahu yang telah melalui proses
pencetakan dan proses pendiaman.
Bentuk alat ini adalah persegi ataupun
persegi panjang, yang disesuaikan dengan alat cetakan, namun dilebihkan 2
centimeter pada sekelilingnya (pada panjang dan lebarnya).
Dibuat dari papan kayu yang
disatukan/dipaku dengan kayu “reng” dua lajur pada bagian bawahnya, sedang
bagian atasnya yang datar adalah tempat untuk Tahu hasil balikan.
11. Irig/Alat
penyaring dari bambu yang dianyam.
Fungsi alat ini adalah supaya bakal Tahu tidak ikut terbuang bersama air
asaman pada saat proses pencetakan.
Irig biasanya diletakkan diatas bakal Tahu yang akan dicetak untuk mempermudah
si-pencetak membuang ataupun menampung air asaman.
Bentuk alat ini bulat dengan diameter
bermacam-macam, ada yang besar dan kecil, pilih yang berdiameter + 40
centimeter.
12. Selang
plastik tahan panas.
Fungsi alat ini adalah untuk mempermudah
membuang air asaman panas dari tongkang, ataupun untuk ditampung kedalam drum
plastik, dengan cara menyedotnya.
Untuk diameter alat ini, pilih yang ¾
inch, dengan panjang cukup 2 meter.
Pada saat menyedot dengan alat ini,
jangan sampai air asaman tertelan, karena air asaman dalam kondisi panas.
13. Alat
untuk mencetak/(Sendok Tahu)
Gambaran untuk alat ini adalah seperti
fungsi sendok makan, yaitu untuk mengambil sedikit demi sedikit bahan Tahu dari tongkang ke cetakan Tahu.
Namun wujudnya jauh lebih besar dari
itu.
Untuk membuat alat ini, biasanya para
pengrajin Tahu memodifikasi wajan
penggorengan aluminium yang berdiameter 20 cm, dengan dibuang salah satu bagian
kupingnya, dan diberi gagang dari potongan pipa besi, serta dibaut.
Atau alternatif kedua anda dapat membuatnya
dengan menggunakan teflon yang dicekungkan lagi bagian tengahnya.
14. Dua
Buah Penggaris Kayu
Fungsi alat ini adalah sebagai dasar
ukuran besar-kecilnya Tahu.
Alat ini terdiri dari dua buah, terbuat
dari papan kayu dengan panjang keduanya melebihi panjang alat cetakan, yang
fungsinya untuk mempermudah proses pemotongan.
Karena setelah Tahu jadi, dan dibalik, penggaris ini melebihi 4-5 cm dari wujud Tahu sebelum dipotong.
15. Entong
Kayu
Alat ini layaknya seperti entong kayu
pada umumnya, namun dengan gagang agak panjang.
Panjang entong ini biasanya 50 cm
(kepala berikut gagang).
Fungsinya adalah untuk
mengaduk/mengacau ampas bubur kedelai pada proses penyaringan, dan untuk
mengaduk hasil saringan (yang berupa susu kedelai) pada proses pemberian air
asaman (proses pengobatan).
16. Pisau
Fungsi alat ini adalah untuk memotong Tahu, pilih jenis dari bahan yang tidak
berkarat.
17. Alat
untuk menyusun Tahu
Alat ini terbuat dari bilah bambu yang
disusun sejajar dan dipaku pada 3 buah kayu “reng” dibagian bawah ( kayu reng
sebagai kaki/tumpuan), dengan lebar seukuran dua jari tangan, dan panjang serta
lebarnya menyesuaikan (biasanya 0,5 meter2).
Usahakan susunan bilah bambu jangan
rapat, beri jarak ½ cm, hal ini dimaksudkan supaya air dari Tahu hasil potongan, tuntas turun
kebawah.
Gambaran untuk alat ini adalah seperti
pagar bambu yang ditidurkan, dengan 3 pengait dan berjarak hanya ½ cm.
18. Drum
Penghasil Uap Panas
Alat ini terbuat dari drum bekas
Oli/Minyak ukuran 200 liter.
Bentuk serta cara kerjanya sama seperti
alat “pasturisasi” pada kumbung jamur.
Untuk lebih jelasnya seperti apa
gambaran alat ini, silahkan baca artikel saya sebelumnya yang berjudul
“Budidaya Jamur Merang”.
Sifat alat ini sebenarnya tidak wajib,
anda bisa merebus bubur kedelai langsung pada api.
Namun kebanyakan berdampak bau sangit
pada Tahu, dikarenakan bubur kedelai
dalam keadaan mengendap sewaktu direbus, hal ini mengakibatkan terbentuknya
kerak pada bagian dasar serta area disekeliling bagian bawah wadah, yang
disebabkan langsung terkena panas dari api/bara.
Jadi, walaupun tidak wajib, alat ini
sangat direkomendasikan jika anda benar-benar akan terjun dalam wirausaha ini.
Bab. III PROSES
MEMBUAT TAHU
Disini saya ilustrasikan proses
pembuatan Tahu dengan 10 kg kedelai dan dalam 1 kali proses masakan.
1. Cuci
kedelai sampai bersih.
2. Kemudian
rendam kedelai didalam bak, drum, atau wadah apapun dengan air dingin, minimal
4 jam dan maksimal 7 jam.
Dalam proses ini, jangan isi penuh
setiap wadah rendaman dengan kedelai, namun maksimal setengahnya saja, karena
kedelai akan mengembang dua kali lipat dari wujud semula.
Untuk airnya, berilah dua kali lipat
dari massa kedelai, yang artinya jika kedelainya 1 ember, maka beri 2 ember
air.
Jika
merendam kedelai dengan air panas, tiriskan setelah maksimal 3 jam, dengan
memasukkan kedalam karung bekas wadah kedelai tersebut, dan siram dengan air
dingin berkali-kali, sampai air yang keluar dari tirisan kedelai terasa dingin.
“Direkomendasikan tidak merendam kedelai
dengan air panas untuk pengrajin pemula, karena jika lengah/salah sedikit saja
bubur kedelai tidak akan dapat disaring pada saat proses penyaringan”.
Kejadian
ini biasanya ditandai bubur kedelai lengket pada kain saringan, dan pembuatan Tahu akan gagal.
3. Siapkan
dan panaskan drum/wadah untuk merebus bubur kedelai, dengan diberi 30 liter air
(3 ember sedang), rebus sampai mendidih.
Sembari menunggu air dalam wadah
rebusan mendidih, giling kedelai dengan tekstur sedang (jangan terlalu banyak
air, pun jangan terlalu sedikit).
Jika merebusnya menggunakan alat drum
penghasil uap panas, disarankan 1 jam sebelum proses penggilingan, alat sudah
harus dipanaskan.
Hal ini dikarenakan, untuk mendidihkan
air didalam alat penghasil uap panas membutuhkan waktu.
Namun hal ini berlaku hanya pada awal
proses saja (masakan yang pertama).
Karena berdasarkan pengalaman, jika
penghasil uap panasnya menggunakan drum tunggal (1 drum), akan bertahan sampai
6 kali masakan.
Jika usaha Tahu anda menengah sampai besar, usahakan alat rebusnya menggunakan alat penghasil uap panas (berupa 2 buah drum bekas minyak/oli yang disetting sedemikian rupa), kedelai hasil gilingan tidak direbus langsung di atas api
4. Setelah
air didalam wadah rebusan mendidih, masukkan hasil gilingan kedelai kedalam
wadah rebusan, berurutan hasil gilingan, sembari mengikuti proses penggilingan
sampai selesai.
PENTING
!, jangan sampai hasil gilingan kedelai dibiarkan lebih dari 1 jam didalam
wadah penampung gilingan.
Karena bubur kedelai tidak akan dapat
disaring/lengket pada kain saringan, dan pembuatan Tahu akan gagal.
Rebus gilingan kedelai sampai mendidih 3
kali, dan selanjutnya disebut bubur kedelai.
Setiap kali bubur kedelai mendidih,
ditandai dengan naiknya buih, segera siram buih tersebut dengan 1 ember/10
liter air dingin.
Ulangi proses tersebut sampai 3 kali,
dengan catatan apabila bubur kedelai mendidih, dan pada saat penyiraman, jangan
sampai buih keluar meleber dari wadah rebusan.
5. Letakkan
alat penyaring berikut kain penyaring diatas tongkang pada saat siraman ke-3.
Saring bubur kedelai sekaligus, dengan
mengangkatnya seember demi seember dari tempat rebusan dengan hati-hati karena
bubur kedelai dalam keadaan panas.
Apabila anda menggunakan alat penghasil
uap panas, buka stop kran yang terdapat pada alat, saat melakukan proses ini.
Tarik-tarik kain saringan berlawanan
arah/bergantian dan keatas, pada sisi panjang kain tersebut, sampai air rebusan
bubur kedelai turun sempurna kedalam tongkang.
Siram ampas bubur kedelai yang masih
berada diatas saringan dengan air dingin 4 ember/40 liter, kemudian aduk-aduk
menggunakan entong.
Tarik-tarik kembali kain saringan
seperti diatas.
Ulangi proses diatas 1 kali lagi (hanya
2 kali proses penyiraman dengan air dingin).
Setelah itu peras ampas kedelai, dengan
melipat/mempertemukan ujung-ujung kain
saringan, kemudian diputar sembari agak diangkat.
Pijak menggunakan beban orang, bundelan
ampas didalam kain saringan, dengan memberikan alas untuk pijakan berupa papan
secukupnya, sampai dirasa air saringan turun sempurna kedalam tongkang.
Selanjutnya angkat ampas kedelai
berikut kain saringannya, dan masukkan ampas kedalam wadah (biasanya karung
bekas wadah kedelai).
Cuci bersih kain saringan, dengan
mencelup-angkat kain pada air bersih dalam wadah bak/ember.
Terakhir,
angkat alat saringan (parabola bambu) dan letakkan ditempat lain yang layak dan
tidak mengganggu.
6. Proses
selanjutnya adalah pengobatan.
Yaitu pemberian air asaman kedalam susu
kedelai/(hasil saringan bubur kedelai).
Ambil air asaman dari wadahnya
menggunakan ember kecil/timba ukuran 10 liter, dengan hati-hati jangan sampai
membuat keruh.
Karena pada dasarnya air asaman adalah
air dari proses pemisahan proses pembuatan Tahu
itu sendiri, yang ditampung dan diinapkan/didiamkan semalam untuk digunakan
pada proses–proses berikutnya dan berikutnya (terus menerus dan berulang/kontinyu).
Oleh sebab itu pada dasar wadah air
asaman terdapat endapan sisa bubur Tahu.
Setelah diangkat menggunakan timba,
letakkan air asaman kedalam susu kedelai.
Dengan cara mencelupkan timba tersebut
setengah badannya kedalam susu kedelai, kemudian miringkan timba sedikit demi
sedikit, sembari susu kedelai diaduk menggunakan entong.
Cara mengaduknya perlahan, posisi
entong berada di depan mulut timba, searah menuju ke depan, dan berulang-ulang.
Maksudnya adalah gerakan tangan
menyamping diulang dari kiri ke kanan, bagi anda yang tidak kidal/menggunakan
tangan kanan.
Tambahkan lagi air asaman jika dirasa
kurang, atau belum muncul tanda-tanda gumpalan bakal Tahu.
Hentikan proses pengobatan ini apabila
susu kedelai sudah nampak bakal Tahu
menggumpal rata diseluruh permukaan tongkang.
Gumpalan bakal Tahu timbul dari dasar ke permukaan, yang diakibatkan pengadukan, dengan
ditandai warna semburat kuning keputihan.
PENTING
!, Jangan sampai berlebihan dalam memberikan air asaman, karena akan
mempengaruhi kuantitas dari Tahu.
Berlebihannya
proses pengobatan dengan air asaman ditandai dengan warna kuning tua/kuning
agak kecoklatan pada campuran bakal Tahu dan air asaman baru (yang masih panas)
di dalam tongkang.
Apabila setelah digunakan terus pada
proses pengobatan bakal Tahu,
kemudian air asaman tiba pada wujud yang berkeruh, buang air asaman keruh
tersebut.
Bilas wadah/drum plastik penampung air
asaman dengan menyiramnya menggunakan air bersih, untuk selanjutnya wadah
digunakan kembali.
7. Setelah
proses pengobatan selesai, berikutnya adalah proses pencetakan.
Diamkan + 3 menit bakal Tahu yang akan dicetak didalam tongkang
supaya agak mengendap.
Jaga kestabilan panas bakal Tahu dengan cara menutup tongkang.
Setelah dirasa cukup, keluarkan air
asaman yang masih baru dan panas dari tongkang, dengan menyedotnya menggunakan
slang plastik tahan panas.
Dengan cara letakkan irig bambu
terlebih dahulu, lalu letakkan slang tepat ditengah irig, kemudian sedot.
Jangan dibuang air asaman baru tersebut,
namun tampung di wadah.
Karena akan kita gunakan untuk proses
pembuatan Tahu lagi pada keesokan
harinya.
Selanjutnya susun pencetak Tahu dengan
urutan : alat cetakan - singlon - kain cetakan.
Ambil bakal Tahu dari tongkang sedikit
demi sedikit menggunakan sendok tahu.
Pada saat proses ini pastikan
sudut-sudut cetakan terisi dengan baik oleh bakal Tahu.
Setelah dirasa cetakan cukup terisi
bakal Tahu, lipat kain cetakan seluruhnya (ke-4 sisinya) kearah tengah cetakan,
dengan memperhatikan ke-4 sudut-sudut lipatan.
Ambil singlon dari cetakan yang pertama
tadi dengan mengangkatnya kearah atas.
Selanjutnya taruh cetakan yang kedua,
dengan rapi diatas hasil cetakan yang pertama tadi, dengan urutan sama seperti
diatas yaitu : Alat Cetakan – Singlon – Kain Cetakan.
Ulangi proses diatas pada cetakan ke
tiga dan seterusnya sampai bakal Tahu
didalam tongkang habis.
CATATAN
: dalam proses pencetakan kondisi bakal Tahu diharuskan dalam keadaan masih
panas, karena akan berimbas pada kualitas dan kuantitas Tahu.
Dalam
proses ini, anda dituntut cepat dalam bekerja.
Sampai disini adalah 50% dari tahap
proses pencetakan.
8. Setelah
semua bakal Tahu tercetak, kemudian
tutup/letakkan salah satu dari alat
pembalik Tahu pada bagian paling atas
susunan hasil cetakan.
dengan posisi alat pembaliknya dibalik
(bagian ratanya menghadap kebawah/kecetakan Tahu)
Pada bagian atas alat pembalik ganjal/bebani
dengan ember 10 liter yang diisi air (atau bisa menggunakan 1 buah batako) selama
1-2 menit.
Disinilah
fungsi alat yang dinamai “singlon”.
Dikarenakan
letak/posisinya diatas alat cetakan, dan mempunyai ketebalan 1,5 cm, maka hasil
dari Tahu didalam cetakan belum sempurna.
NAMUN
jika proses pembuatan Tahu tidak menggunakan singlon ini, maka saya berani
menjamin, Tahu tidak dapat diangkat/dipindahkan pada saat proses pemotongan.
Dikarenakan
Tahu terlalu lembek/rapuh (Tahu banyak mengandung air).
Kembali ketopik..
Setelah dirasa waktunya cukup, angkat
ember pengganjal beserta alat pembalik Tahunya.
Buka kain cetakan, kemudian rapikan
bagian-bagian pinggir pada Tahu di
alat cetakan, dengan mengunakan sendok cetakan.
Yaitu dengan cara menariknya/seraya
memotong dengan bagian tepi sendok cetakan dari depan ke belakang agak menjorok
kedalam, kemudian hasil dari rapihan tadi (ke-4 sisi/pinggir cetakan) letakkan
di bagian tengah Tahu dalam cetakan.
Tutup/lipat kembali kain cetakan
seperti semula, kemudian angkat hasil cetakan paling atas tadi ketempat lain.
Ulangi proses diatas pada hasil cetakan
selanjutnya dan seterusnya sampai dengan hasil cetakan yang pertama (yang
paling bawah).
Jadi dikarenakan proses perapihan ini,
posisi hasil cetakan dibalik dari yang paling atas menjadi paling bawah, dan
dipindahkan ketempat lain untuk proses pendiaman.
Kemudian ganjal susunan cetakan yang
berisi Tahu dan sudah dirapikan tersebut
menggunakan 2 buah batako atau ember/bak yang diisi air.
Berdurasi ampai dengan proses
pencetakan masakan ke-2 dimulai, atau biasanya sekitar 10-20 menit dari
selesainya proses perapihan.
Namun hal ini tidak berlaku jika alat
cetakan melebihi dari hasil 1 kali proses masakan (alat cetakannya sebanyak 2
sampai 3 kali proses masakan).
Perlu
dicatat, jika menggunakan tongkang permanen, sebaiknya tempat proses pendiaman agak
jauh dari tongkang, karena jika tidak, akan mengganggu proses penyaringan.
9. Setelah
proses pendiaman, langkah selanjutnya adalah proses pembalikan.
Diperlukan ketangkasan dan
kehati-hatian dalam proses ini.
Dikarenakan jika salah, atau jika
meleset sedikit saja pada saat membaliknya, bentuk Tahu akan melenceng, tidak kotak persegi panjang sesuai alat
cetakan.
Hal ini akan berimbas pada proses
pemotongan, dikarenakan luas/bentuk alat cetakan sudah disesuaikan/terukur
dengan penggaris kayu, tentu saja hasil akhir Tahu akan ada yang besar dan kecil (tidak rata).
Apalagi jika sampai jatuh pada saat
membaliknya.
Anda diharuskan mencetak ulang Tahu tersebut dengan bakal Tahu siap cetak pada proses masakan
berikutnya.
Dengan cara melumat/meremasnya kembali
menggunakan tangan, kemudian dicampurkan bersama bakal Tahu siap cetak didalam tongkang pada proses masakan berikutnya.
Dalam hal gagalnya proses pembalikan,
anda akan rugi segalanya, karena selain omset, terutama waktu dan tenaga.
Proses pembalikan yang baik adalah
sebagai berikut:
Pertama, buka sempurna kain cetakan;
Letakkan alat pembalik tepat ditengah
cetakan;
Pegang dengan kedua tangan dengan
posisi telapak tangan ke atas alat pembalik, dan kain cetakan beserta cetakan yang
berisi Tahu tepat ditengah pada kedua
sisinya yang berlawanan;
Kemudian putar kearah depan dengan
cepat tanpa ragu.
Setelah posisi Tahu didalam cetakan terbalik, angkat cetakan kearah atas, lalu
buka juga kain cetakan pada bagian depan ditarik kebelakang.
Cuci segera kain cetakan setiap kali
selesai membalik, dengan cara mencelup-celupkannya pada air bersih di bak/ember
serta sedikit dikucek, dan selanjutnya diperas, untuk digunakan kembali pada
proses pencetakan masakan berikutnya.
10. Proses
selanjutnya adalah pemotongan.
Telah disebutkan di atas, bahwa Tahu dengan air asaman identik dengan Tahu potong.
Salah satu kelebihan proses pembuatan Tahu dengan teknik ini adalah dalam
salah satu prosesnya, yaitu dalam proses pemotongan.
Jika Tahu yang tidak menggunakan teknik ini, proses pemotongan menunggu Tahu agak dingin.
Lain halnya jika menggunakan teknik
ini, Tahu dapat langsung dipotong
begitu selesai dibalik, dan Tahu
masih dalam keadaan panas.
Pada proses pembuatan Tahu dengan air asaman yang saya tulis
ini, dengan menggunakan teknik alat “singlon” yang sudah dibahas, kelebihannya
adalah :
1. tekstur
Tahu menjadi lebih keras tanpa bahan
pengawet;
2. tekstur rasanya lebih gurih dikarenakan kandungan air yang relatif sedikit;
3. tampilan
Tahu menjadi lebih menarik.
Namun
juga mempunyai kekurangan yaitu dari segi kuantitas yang dihasilkan.
Maksudnya sebagai contoh begini, jika
proses membuat tahu tanpa teknik akan menghasilkan 5 papan cetakan dalam/per 1
kali masakan.
Sedangkan jika menggunakan teknik akan
menghasilkan 4,5 papan cetakan dalam/per
1 kali masakan.
Namun
menurut saya semuanya sebanding dengan hasilnya.
Bukankah hal pertama kali yang dilihat
pembeli/konsumen terlebih dahulu adalah wujud/tampilan yang menarik dari
barang/makanan yang akan dibeli bukan?
Terlebih jika mereka merasakan tekstur
rasa dari barang/makanan tersebut ternyata enak.
Ditambah jika mereka tahu jika kualitas
dari bagusnya tampilan barang/makanan bukan karena bahan kimia yang berbahaya.
Pastinya pembeli/konsumen tersebut akan
kembali lagi bukan?
Pada
awal tulisan disinggung bagaimana caranya membuat air asaman pertama kali pada
proses pembuatan Tahu ini.
Yups.. ini
dia, tips cara membuat air asaman kali pertama pada proses pembuatan Tahu.
Ada 3 cara dalam membuat air asaman
ini, yaitu:
1.
Meminta air asaman Tahu, pada pengrajin Tahu yang sudah lebih dahulu beroperasi.
2. Meminta
air asaman Tempe, pada pengrajin Tempe yang sudah berjalan usahanya.
3. Membuat
air asaman Tahu sendiri, dengan
terlebih dahulu membuat air asaman Tempe.
Ulasannya
sebagai berikut.
1. Kecil
kemungkinannya anda memperoleh air asaman dari pengrajin Tahu yang sudah lebih dulu beroperasi.
Walaupun anda membelinya dengan harga
yang sangat mahal.
Karena mungkin, jika boleh diibaratkan,
jika Tahu ini makluk hidup, air asaman adalah ibarat roh/jiwanya.
Tentunya pengrajin tersebut tidak mau
ada pesaing dalam usahanya bukan?
Pun terkadang walau anda adalah
saudaranya.
2. Jika
anda menempuh cara ini, pastikan di daerah anda terdapat pengrajin tempe.
Minta
atau belilah pada pengrajin tempe tersebut, 1 jrigen ukuran 5 liter air asaman
tempe yang sudah dingin.
Air asaman tempe ini biasanya berwujud
mengental seperti lendir dan berwarna putih kekuningan.
Setelah itu campurkanlah dengan 100
liter air sumur.
Kemudian rebus campuran tersebut sampai
benar-benar mendidih.
Dan diamkan selama 48 jam.
Hal tersebut juga berlaku jika anda
diijinkan oleh si pengrajin tempe tentunya.
3. Menurut
saya langkah ke-tiga ini yang paling tepat.
Jika ingin membuat air asaman Tahu, buatlah dulu air asaman tempe.
Anda dapat membuat air asaman tempe
dengan merujuk pada artikel saya sebelumnya yaitu “Cara Membuat Tempe Sendiri Di Rumah”.
Setelah itu buatlah air asaman Tahu seperti langkah diatas.
Demikian ulasan detail bagaimana teknik
membuat tahu menggunakan air asaman.
PS: Jika anda serius ingin menjadi pengusaha tahu, hubungi saya DI SINI
Semoga bermanfaat. - Salam -
3 komentar:
شركة تنظيف بالقصيم
Dalam penyedotan asam cuka saya sering gagal kadang jernih kadang keruh dan ketika di cetak kadang cepet turun dan sulit turun.
Pencerahan nya gan🙏🙏
ituBola - Agen Euro2020 | Official Agen Taruhan Euro2020 | Bandar Bola
Agen Judi Online Terpercaya dan Terbaik di INDONESIA
!! Pelayanan Service yang Online 24 JAM Non-Stop !!
Menyediakan berbagai macam permainan Judi Bola
BONUS SPORTSBOOK ONLINE
• Bonus Cashback 5% (dibagikan setiap Hari Senin)
• Support 7 Bank Nasional Indonesia (BCA, BNI, BRI, Mandiri, Danamon, Cimb Niaga, PERMATA)
• Support Deposit Via Aplikasi OVO,PULSA,GOPAY (DOMPET DIGITAL)
Kesulitan Daftar? Hubungi langsung Kontak dibawah ini untuk dibantu Daftarkan
- LINE : @itubola757
- TELEGRAM : +85517696120 / @ItuBola
- WHATSAPP : +85517696120
( Pusat Bantuan ItuBola )
Posting Komentar